Senin, 24 Agustus 2015

Sekelumit Ingatan Tentang Abu Hasan

Orasi Politik Abu Hasan Sesaat setelah Pendaftaran Calon Bupati Buton Utara
Periode 2015-2020 di KPUD Buton Utara, Buranga



Malam itu tanggal 8 September 2013, aku mengunjungi kediaman Abu Hasan di Kota Kendari. Tanggal pertemuan ini dan apa yang aku bicarakan dengannya saat itu tercatat dengan rapi pada buku catatan harianku. Masih ku ingat dengan baik bagaimana Abu Hasan menyambut saya dengan baik dan senyum hangat di kediamannya yang sederhana, walaupun saya hanya seorang mahasiswa yang tak pernah ia kenal. Isi percakapan itu berkaitan erat dengan rencana penulisan tesisku pada Program Pascasarjana Jurusan Antropologi Unhas yang saat itu belum terumuskan dengan baik. Sesuatu yang tak terduga, perjumpaan itu menjadi inspirasi yang bernilai bagi kesuksesan studiku. Karena itu, percakapanku dengannya malam itu saya cantumkan dalam pembahsan tesis saya yang berjudul: Menyikap Tabir Kuasa di Tanah Buton, Orang Kulisusu, Identitas dan Kekuasaan. Nah! bagaimana bisa aku berpikir bahwa Abu Hasan bisa memberi saya informasi tentang rencana tesisku?


Sejak 2010 silam aku mulai menaruh perhatian besar pada sejarah etnis Kulisusu yang mendiami Kabupaten Buton Utara. Selain sebagai mahasiswa jurusan sejarah, perhatian itu terutama didasari oleh pengaruh spirit intelktual cendekiawan Gorontalo tempatku menuntut ilmu yang aktif menggali warisan sejarah dan kebudayaannya. Spirit ini kemudian kusadari sebagai efek transisi ke arah modernisme atau faseh liminalitas ala Victor Turner, yakni sebuah faseh di mana kita akan memasuki masa depan yang baru dan tak ingin tercerabut dari masa lalu. Karena itu upaya menghidupkan kembali masa lalu menjadi sebuah keharusan bagi para sarjana yang menyadari faseh ini. Pengaruh gerakan intelektual ini cukup kuat, karena itu aku memutuskan upaya yang sama menggali warisan sejarah di daerahku Buton Utara, agar nilai-nilai budaya tidak terlupakan saat menyongsong era modern yang dipenuhi oleh arus budaya global.

Sampai saya selesai menempuh pendidikan sarjana dengan Sripsi terkait sejarah Kulisusu, aku tak pernah kenal pemikiran Abu Hasan dan apa pentingnya dia bagi penelitian tentang sejarah Kulisusu. Aku hanya tahu Abu Hasan sebagai kandidat wakil Bupati yang kalah dalam pilkada Buton Utara tahun 2010. Hingga kemudian aku melanjutkan studi magister di PPs Jurusan Antropologi Unhas saya melanjutkan minat mendalami sejarah Kulisusu. Suatu ketika aku mendapat kabar ada dosen sejarah Universitas Haluoleo yang telah melakukan penelitian di Buton Utara. Aku berusaha mendapatkan laporan hasil penelitian itu di dinas terkait, BAPPEDA Kabupaten Buton Utara. Beruntung aku diperbolehkan mengkopi laporan hasil penelitian itu. 

Di situlah aku mengenal pemikiran Abu Hasan, yakni saat mengotak-atik lembar demi lembar hasil penelitian itu. Sebab penelitian itu sangat banyak mengutip hasil penelitian Abu Hasan yang berjudul: "Benteng Lipu sebagai Pusat Sejarah dan Kebudayaan Masyarakat Kulisusu". Tak bisa aku pungkiri saya mengagumi redaksi judul ini. Untuk ukuran mahasiswa S1 saya pikir redaksi judul menarik seperti ini hanya bisa dirumuskan oleh seorang mahasiswa yang pembelajar dan punya kapasitas intelektual mumpuni. Rasa penasaranpun muncul untuk menemui sosok intelektual ini. Tapi karena kesibukan studiku dan tidak adanya akses tentang beliau, aku tidak punya waktu untuk menemuinya secara langsung. 

Perjumpaan Yang Bersahabat

Soreh itu aku baru tiba di Bandar Udara Haluoleo Konawe Selatan. Dari Kota Makassar aku sudah berencana menemui Abu Hasan yang sebelumnya hanya kulihat di baliho saat ia mencalonkan diri sebagai wakil bupati pada 2010 silam. Senyum penjemputku terlihat di kerumunan banyak orang yang menawarkan tumpangan di depan pintu kedatangan bandara. Dia adalah sepupuku yang sedang kuliah di Universitas Haluoleo Kendari. Kebetulan adiknya tinggal di rumah kos-kosan milik Abu Hasan yang ada di samping rumahnya. Ah, mungkin terlalu berlebihan kalau kusebut mirip Tjokroaminoto yang punya kos-kosan di belakang rumahnya tempat Bung Karno, Musso, Kartosoewirjo, dkk menempah diri dan mengenal politik. Yang jelas aku mendengar informasi Pak Abu Hasan ada ditempat melalui sepupuku itu. Motor sudah dibunyikan dan aku segera naik menuju Kota Kendari.

Adzan Magrib baru saja lewat, sepupuku sudah ada di tempat nginapku bersiap-siap mengantar ke rumah kediaman Abu Hasan. Aku yang dari tadi sedang malas-malasan di depan TV bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, kami bergegas menuju rumah kediaman Abu Hasan. Awalnya saya membayangkan rumah yang megah, tapi ternyata dugaanku salah, rumahnya begitu sederhana tapi di desain menarik, di bagian belakang memiliki teras rumah yang didesain seperti taman baca. Aku dipersilahkan duduk di teras itu sebab beliau masih ada tamu lain. Kesempatan menunggu itu kugunakan untuk melihat-lihat sekeliling ruang itu. Di dinding ruangan itu terpajang foto Abu Hasan saat berjabat tangan dengan presiden Soeharto. Sementara di depan ruangan itu adalah ruang terbuka yang didesain serupa taman, cocok sekali menjadi ruang baca. Kesan pertamaku rumah ini adalah rumah akademisi yang hobi membaca.

Tak lama kemudian aku dipersilahkan masuk ke ruang tamu bagian depan rumahnya. Di sana aku melihat tamu yang tadi ada di dalam adalah dua orang mahasiswa, lebih tepatnya dua orang kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang sedang berdiskusi dengannya. Waktu itu aku diperbolehkan  mengambil sedikit waktu mereka. Abu Hasan menyambutku dengan senyumnya yang bersahabat, walau dia tak pernah mengenalku sebelumnya. Aku segera memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatanganku, ingin berdiskusi mengenai sejarah Kulisusu untuk keperluan menulis tesis. 

Setelah beliau menjawab beberapa pertanyaanku ia kemudian mengambil skripsinya dari tumpukan bukunya. Itu adalah skripsi yang tebal, sekitar dua kali lipat tebalnya skripsiku dulu. Skripsi itu ditulis pada 1989 dengan menggunakan mesin ketik, aku membayangkan berapa lama skripsi setebal itu ditulis dengan menggunakan mesin ketik. Aku yang sudah dimanjakan dengan teknologi dan program microsof office yang serbah canggih belum tentu mampu berkata-kata sebanyak itu saat menulis skripsi. Tapi bukan tebalnya itu bagian yang memukau, di lampiran skripsi itu aku melihat gambar-gambar Benteng Lipu dan gambar kulit kerang (Kulisusu) yang digambar manual lengkap dengan ukuran-ukurannya. Aku bertanya padanya: "bagaimana caranya kita mengukur ini bang (panggilan khas kader HMI pada seniornya)?" Ia menjawab: "saya mengukurnya secara manual, dan informan-informanku saat itu sudah banyak yang meninggal". Tampaknya dulu Abu Hasan adalah sosok mahasiswa yang telaten menulis, belajar dan serius melakukan riset. Aku yang sedang menempuh studi magister merasa "tertampar" oleh keseriusan studi Abu Hasan pada 1989 silam. Saati itu aku merasa belum pernah seserius itu melakukan studi lapangan.

Aku memuji karya tulisnya itu dihadapannya, tapi ia dengan rendah hati menyatakan bahwa ia malu membaca tulisannya itu yang kurang mendalam pembahasannya. Ia bilang tulisan itu lebih banyak mendeskripsikan ketimbang menganalisis. Sambil bicara ia kemudian mengeluarkan tesis S2-nya di Universita Negeri Jakarta (UNJ) yang sangat tebal. Tentu saja dari jawaban-jawabannya dan nuansa yang aku rasakan di rumah itu menggambarkan bahwa pemilik rumah ini adalah seorang akademisi yang cerdas. Selain itu ia tampak religius dan sangat bersahabat. Sebagai kader HMI aku merasa, Abu Hasan masih sangat kentang dengan tradisi ke-HMI-an. Setelah itu aku segera pamit pulang, dan sebelum meninggalkan rumah, aku sempat di ajak makan malam oleh anak-anak kos-kosan di samping rumahnya. Dan mengejutkan sekali, ternyata kami mengambil makanan di dapur rumah Abu Hasan. 

Kisah di atas hanyalah sekelumit ingatan saat saya berjumpa dengan Abu Hasan. Setelah itu aku tak pernah lagi berjumpa dengannya. Tapi aku selalu ingat sifatnya yang santun, bersahabat dan religius itu. Aku juga mengingatnya sebagai senior HMI yang masih kental dengan warna dan spirit hijau-hitam. Kabar terakhir yang aku dengar, ia kembali bertarung di Pilkada Buton Utara melawan incumbent yang punya kapital ekonomi melimpah. Aku hanya bisa berharap semoga Kakanda bisa memenangkan kompetisi dan tetap amanah dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. 


0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com