Senin, 27 Agustus 2012

WASPADAI PENYAKIT AMNESIA DAN ANEMIA SOSIAL


Serangkaian peristiwa tengah kita saksikan disebuah abad baru dunia, sebuah abad yang menjadi inspirasi setiap manusia bahkan sebuah abad yang cukup menentukan arah keberadaban manusia. Jika kita membuka lembaran sejarah sejak masa purba, dimana perkembangan evolusi pemikiran manusia berjalan lambat bahkan sangat lambat, Perlu waktu berabad-abad lamanya manusia sampai pada perilaku hidup berburu dan kemudian bercocok tanam. Dimana sebelum itu masa purba sangat identik dengan cara hidup food gathering (hidup berpindah-pindah untuk mencari makanan)

Perubahan itu sebagian ahli menyebutnya revolusi agraria yang membentuk perwatakan manusia untuk hidup menetap pada suatu tempat. Berjalan pula beberapa abad lamanya sampai revolusi industri meledak di Inggris (1830-1870). Sejak revolusi ini, manusia telah memasuki babakan baru yakni era industrialisasi. Namun yang paling menakjubkan adalah perubahan dari era industri menuju ke era informasi hanya membutuhkan beberapa dekade saja.

Perubahan ini menimbulkan pelbagai hipotesis dari para ahli diberbagai disiplin ilmu seperti ilimu alam yang menyatakan adanya akselerasi perubahan kehidupan manusia menuju masa depan yang rumit. Hal ini mengisaratkan bahwa manusia akan mampu menembus ruang dan waktu yang dulu dianggap mustahil dapat dicapai. Tentunya ilmu-ilmu sosial tidak akan tinggal diam dalam menghadapi perubahan-perubahan besar seperi itu.

Francis Fukuyama dalam bukunya The Great Disruption; Human Nature and the Reconstitution oh Social Order  (guncangan besar; kodrat manusia dan tata sosial baru) menggambarkan serangkaian iklan televisi yang disiarkan selama Pesta Olimpiade Musim Panas 1996 di Atlanta, Georgia. Disponsori oleh sebuah perusahaan besar Amerika yang bergerak dibidang telekomunikasi, tayangan ini menujukan sejumlah atlet berotot dan terlatih yang melakukan hal-hal luar biasa, seperti berlari mendaki dinding gedung pencakar langit, melompat dari atas bukit kedalam jurang yang sangat dalam, dan meloncat dari atap gedung pencakar langit yang satu ke atap gedung pencakar langit yang lain. Iklan itu dikemas dibawa tema “Tanpa Batas”. Lanjut Fukuyama, disadari atau tidak, tubuh perkasa sang atlet menimbulkan bayangan Superman ciptaan filsuf Nietze, makhluk setengah dewa yang tak teikat oleh aturan moral biasa.

Gambaran dalam iklan itu menurut Fukuyama merupakan gambaran masa depan yang “tanpa batas” yang dipromosikan lewat media masa. Gambaran itu memuat kehancuran tatanan kehidupan lama oleh hegemoni peradaban baru manusia. Tampaknya peradaban manusia dimasa depan akan berbeda dengan masa lalu seperti yang dikatakan Toynbee seorang sejarawan Inggirs bahwa masa lampau lebih sebagai rangkaian peradaban dari pada entitas politik. Kenyataannya, peradaban masa depan akan didominasi oleh pertarungan ekonomi skala dunia.
Keruntuhan nilai-nilai lama tampaknya sedang terjadi persis sama dengan gambaran iklan tanpa batas diatas. Perlahan tapi pasti setiap bekas negara jajahan bangsa-bangsa Eropa kini tengah mengalami proses moderniasasi yang rumit. Sebuah pesan yang mungkin pantas untuk dikatakan sekalipun mengada-ada hari ini adalah “waspadai gejala amnesia dan anemia sosial”.
Gejala amnesia sosial berarti terganggunya memori kolektif masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal, dimana amnesia sendiri berarti gangguan daya ingat. Kemudian anemia sosial merupakan kekurangan landasan nilai budaya untuk mempertahankan jati diri masyarakat tertentu, dalam bahasanya J.S Coleman disebut sebgai modal sosial (social capital). Dalam ilmu kesehatan anemia berarti penyakit yang disebabkan kekurangan hemoglobin atau sel darah merah. Amnesia dan anemia sosial dalam pengertian ini seperti dua gambar dalam satu mata uang logam yang sama, atau lebih pantas dikatakan amnesia atau hilangnya memori masa lampau akan menyebabkan anemia sosial yakni kurangnya landasan nilai sebagai tempat berpijak yang pasti.

Kedua penyakit yang disebutkan diatas, sekarang nyata sedang terjadi di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali mulai dari negara-negara produsen tekhnologi informasi sampai kepada negara-negara konsumen tekhnologi (kebanyakan adalah negara-negara bekas jajahan Eropa). Di Indonesia, saksikanlah perceraian sengit yang dilakoni oleh para artis yang nota benenya memuja kehidupan ala Barat. Karena memori kolektifnya telah terganggu atau bahkan hilang terhadap nilai-nilai luhur bangsa indonesia, maka bagi mereka itu dianggap sebagai hal yang wajar. Generasi bangsa kita tengah mengalami amnesia dan anemia sosial yang diperlihatkan secara bangga oleh media masa yang menyiarkan acara-acara selebriti dan sejenisnya. Anehnya, banyak juga orang yang tertarik menyaksikan dan membicarakan mereka? Sepertinya kita tidak perlu menutup diri, kedua penyakit itu telah menyerang secara masal barisan generasi.

Seandainya hari ini kita melakukan penelitian seperti apa yang pernah dilakukan oleh Sampson, Stephen Raudenbush, dan Felton Earls yang mengukur apa yang mereka sebut “kekuatan penggerak kolektif” (collective efficacy) di lingkungan perkotaan. Mereka mengajukan pertanyaan seperti sejauh mana seseorang dibagian kota itu tergerak untuk turun tangan jika ada anak-anak yang mangkir sekolah atau bergerombol di sudut jalan? Apakah anak-anak menghormati orang dewasa? Atau apakah warga yang dengan tetangganya tidak saling menggunjing alias “karlota” (dalam bahasa Gorontalo)? kita akan dapat mengukur apakah gejala amnesia dan anemia sosial telah bersarang dalam bangunan sosial kita. Atau kita bertanya lagi seberapa sering terjadi kekerasan ditempat tinggal anda? Pernakah anda melihat seorang yang cacat ataupun yang tidak cacat sedang duduk mengemis dipinggir-pinggir kota dan didepan tempat-tempat umum? Ditempat anda seberapa sering tejadi perempuan yang hamil diluar nikah? 

Jika semuanya telah terjawab, kita akan bertanya lagi lalu kira-kira apakah penyebabnya?
Ferdinand Tönies sosiolog berkebangsaan Jerman mengemukakan bentuk-bentuk kelompok sosial yakni Gemeinschaft dan Gesellchaft . Gemeinschaft merupakan kelompok sosial yang diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alamiah. Kelompok seperti ini biasanya hidup dipedesaan yang masih bersifat tradisional, pada kelompok ini, bangunan modal sosial seperti kerekatan untuk saling bergotong royong, penjagaan keamanan bersama, masih terjaga dengan baik. Kemudian Gesellchaft lebih berarti kelompok sosial yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kontrak kerja manusia yang bersifat formal. Kelompok ini merupakan kelompok yang ditimbulkan oleh masyarakat industrial modern, yang biasanya mengenal dengan baik sistim kontrak dan pembagian kerja berdasrkan profesionalitas. Pada kelompok ini, sangat terbuka peluang kepada masyarakat untuk merobohkan bangunan sosial yang ada. 

Menurut James C. Scott dibeberapa perkumpulan dipemukiman perkotaan masih memiliki keterikatan kolektif, mereka tidak membutuhkan petugas keamanan formal seperti Polisi untuk menjaga keamanan sebab secara informal mereka terpanggil untuk menjaga ketertiban bersama, bagi warga yang melanggar akan dikenakan sangsi moral terhadapnya. Namun kantannya, banyak lingkungan kota seperti itu dirobohkan untuk menjalankan proyek perumahan yang sering kali  hal itu dilakukan atas nama pembangunan kota yang sangat modern untuk mewujudkan lingkungan yang serba beres demi keindahan semata.

Karena tuntutan modernitas, Masyarakat mulai menjauh dari lapangan sosialnya untuk kemudian menghitung kepentingan pribadi masing-masing, karena itu memori tentang nilai akan semakin terkikis dalam memori kolektif masyarakat. Bisa dibayangkan pula pada keturunan mereka, tetunya memori itu akan semakin hilang dan semakin lama akan lenyap sama sekali. Disinilah letak persoalan yang mendasar, disatu pihak memori itu telah hilang, namun dipihak lain generasi dipertontonkan kebudayaan tanpa batas dari barat bahkan dari para selebritis yang berjiwa tanpa batas pula. Tidak diragukan lagi akan tercipta generasi anti budaya (menganggap budaya itu kuno, basi dan lain-lain) sementara kenyataannya mereka sama sekali tidak berbudaya. Lantas bagaimana dengan masa depan generasi yang tak berbudaya itu? wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com